Sumber : Pinterest
Terkadang ingatan saya terpental kepada masa kecil dulu, saya pernah berfikir “Kenapa sholat itu harus setiap hari ya? dalam satu haripun masih dibagi-bagi waktunya menjadi lima waktu, kenapa gak satu hari saja digabung biar ringkas? kenapa Allah tetapkan waktu sholat ada lima?”. Sebagaimana Allah katakan dalam Q.S. Annisa Ayat 103, bahkan Nabi berkata dalam satu hadist yang diriwayatkan secara Shahih oleh Imam Abu Daud, sholat itu bukan hanya harus pada waktunya tapi disunahkan untuk diawal waktunya. Dalam hal ini bisa jadi hikmahnya adalah Allah dan Nabi ingin kita mengendalikan waktu, bukan dikendalikan oleh waktu. Menurut Islam seorang yang sukses adalah seorang yang berhasil mengendalikan waktu sedangkan seorang yang rugi adalah seorang yang dikendalikan oleh waktu.
Seorang yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin, atau bahkan lebih buruk adalah seorang yang rugi. Biasanya seorang yang dikendalikan oleh waktu suka berkata, Tidak terasa ya sudah kuliah, tidak terasa ya sudah nikah, tidak terasa ya sudah punya anak dan justru tidak terasa kita hampir mati, tanpa pernah mengisi waktu kita dengan hal-hal yang bermanfaat. Lalu bagaimana cara untuk bisa mengendalikan waktu? Yang pasti kita tidak harus pergi belajar ke Negeri Cina ataupun Roma, atau ke Negeri Avatar, tidak harus begitu caranya. Pengendalian terbaik atas waktu adalah dengan menyadari pergerakan waktu, bukan waktu dibiarkan lewat begitu saja, misalnya seperti ketika kita asik main game atau asik main tik-tok.
Oleh karena itu kata Sayyidina Ali, “Hiduplah seolah-olah kamu akan mati besok sehingga kamu akan menyadari pergerakan waktu, mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan menghargainya dengan baik.” Waktu yang diposisikan seperti itu kata Heidegger, salah seorang Filsuf Jerman yang terkenal disebut sebagai Waktu yang otentik atau dalam bahasa Islamnya disebut Waktu yang berkah. Satu hari waktu yang berkah lebih baik daripada satu tahun waktu yang tidak berkah atau bahkan sia-sia, maka dari itu jangan hanya berdoa meminta panjang umur minta juga berkah umur, “Walau panjang umur bila tidak berkah untuk apa?” Saya belajar keberkahan waktu dari Ibu saya yang hidup di zaman dulu ketika teknologi untuk menyelesaikan semua urusan rumah tangga belum secanggih saat ini. Dalam sehari dia bisa menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan baik, dari bangun pagi ia langsung menyiapkan sarapan untuk ayah dan saya serta semua anggota keluarga, kemudian menyiapkan pakaian untuk ayah dan semua anak-anaknya, setelah itu dia langsung ngepel, nyuci, membersihkan rumah dan semua pekerjaan lainnya dikerjakan olehnya dan selesai dalam sehari. Luar biasa Ibu saya, Ibu kalian pasti juga begitu. Tetapi kita walaupun mencuci sudah dibantu oleh mesin cuci atau masak nasi dibantu oleh rice cokker tidak seperti Ibu yang semuanya serba manual.
Justru kita dalam sehari hanya menyelesaikan satu atau dua pekerjaan saja. Begitupun soal menulis, mungkin semua kita pernah menulis, namun seharusnya kita belajar keberkahan waktu kepada ulama-ulama kita terdahulu. Ulama-ulama terdahulu seperti Imam Al-Ghazali berhasil menyelesaikan ribuan lembar karya-karya, puluhan buku dan beberapa diantaranya berjilid-jilid. Imam Ibnu Akkil bahkan menulis satu karya yang paling panjang di dunia yang berjudul Al-Funun yang konon katanya berjumlah 800 jilid, begitu juga Ibnu Sina, beliau menulis 450 buku. Dan saya, menulis satu artikel saja yang jumahnya hanya dua lembar bisa berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu, padahal ulama-ulama terdahulu menulis tidak menggunakan laptop dan menulis artikel atau mencari referensinya tidak semudah seperti kita saat ini.
Namun apa bedanya satu hari saat ini dengan satu hari dizaman Ibu saya dan zaman ulama-ulama terdahulu? Sama-sama 24 jam, justru saya dibantu dengan hal-hal yang canggih dalam menyelesaikan tulisan-tulisan saya sedangkan Ibu saya dan ulama-ulama terdahulu tidak. Ternyata perbedaan utamanya adalah terletak pada keberkahan waktu, waktu Ibu saya dan ulama-ulama terdahulu menjadi sangat berkah, mereka memanajemen waktunya dengan sangat baik. Namun dari mana belajarnya? Ya, salah satu yang utama dari sholat, mereka selalu sholat tepat waktu bahkan diawal waktu, adapun saya? jangan ditanya. Maka melalui sholat Allah dan Nabi menyelipkan hikmah supaya kita bisa mengendalikan waktu dan memanajemennya dengan baik serta mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat sehingga kita tidak di hancurkan oleh waktu tapi justru kita yang harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, oleh karena itu penting untuk menjaga waktu bukan hanya sekedar memakai jam tangan hanya karena mampu untuk membelinya, tapi kemudian benar-benar menghargai waktu, mengendalikan dan mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat.
Semoga bermanfaat…………….
Penulis : Pak Ucok Rb.